Thursday, January 12, 2012

UAS 2011/2012

8 comments:

  1. 1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan leadership. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan proses pelaksanaan hingga pelaporan tugas observasi kelompok anda?

    ReplyDelete
  2. Leadership atau kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana suatu kelompok diarahkan untuk melakukan tugas-tugas tertentu dalam mencapai tujuan kelompok tersebut.

    Lippit dan 1hite membagi kepemimpinan atas 3, yaitu:
    1. Autocratic leadership, yaitu kepemimpinan yang bersifat satu arah, dimana pemimpin hanya memberikan perintah saja kepada para bawahannya.
    2. Democratic leadership, yaitu kepemimpinan yang bersifat dua arah, dimana pemimpin mengutamakan konsultasi dengan para bawahannya dan berfokus pada kepentingann bawahannya.
    3. Laissez-faire leadership, yaitu kepemimpinan yang didasarkan pada kepercayaan yang diberikan sepenuhnya oleh pemimpin kepada bawhannya, bagaimanapun prosesnya pemimpin tidak ikut campur tangan.

    Selama proses pelaksanaan tugas observasi, kelompok saya, yakni kelompok 1 tergolong pada kepemimpinan yang bersifat 2 arah, yaitu 'democratic leadership', dimana ketua membagi tugas masing-masing anggotanya dengan terlebih dulu menanyakan pendapat anggota tentang pembagian tugas yang diinginkan.
    Selama pengerjaan laporan hasil observasi, ketua kelompok juga terbuka terhadap pendapat anggota lain di luar tugasnya untuk melengkapi laporan hasil observasi pada saat diskusi dilakukan.
    Jadi, kepemimpinan yang terjadi tidak hanya ketua terhadap anggota, tetapi juga anggota terhadap ketua dalam memberikan pendapat.

    Daftar pustaka
    Hogg, Michael A, & Vaughan, Graham M. 2002. Social Psychology (third edition). London: Pearson Education.

    ReplyDelete
  3. 2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; apa yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan kelompok anda jika dibahas mengacu pada teori macam-macam kelompok.

    ReplyDelete
  4. Macam-macam kelompok menurut Winkle yaitu:
    1. a group for guidance (kelompok bimbingan)
    2. counseling group
    3. training group
    4. encounter group
    5. marathon group
    6. self-help group
    7. therapy group

    1. A group for guidance (kelompok bimbingan): sejumlah siswa dikumpulkan bersama untuk kegiatan bimbingan, seperti kelas tertentu.

    2. Counseling group: kelompok yang dibentuk untuk keperluan konseling, berada di bawah tanggung jawab konselor profesional.

    3. Training group: kelompok yang fokus pada proses kelompok, dengan adanya pengalaman konkret dalam interaksi satu sama lain dalam kelompok.

    4. Encounter group: kelompok yang dibentuk untuk memberikan pengalaman mendalam di dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga para anggota lebih memahami satu sama lain.

    5. Marathon group: suatu kelompok dimana terjadi pertemuan yang berlangsung terus menenerus dan semua anggota merefleksikan diri sendiri.

    6. Self-help group: kelompok dimana anggotanya saling memberikan dukungan, misalnya kelompok para pecandu narkoba yang ingin sembuh dari kecanduannya.

    7. Therapy group: kelompok dimana anggotanya merupakan orang-orang yang mengalami gangguan serius.

    Berdasarkan proses yang kami jalani selama di dalam kelompok, menurut saya kelompok kami dapat digolongkan pada 'training group', dimana tiap individu dilibatkan secara aktif dalam setiap tugas yang ada dengan pembagian tugas yang adil, dimana setiap individu memiliki tugasnya masing-masing dan antara individu yang satu dengan yang lain memiliki beban tugas yang sama, namun setiap individu boleh ikut serta memberikan pendapatnya terhadap anggota lain dalam hal penyempurnaan tugas yang sedang dikerjakan, serta dalam pengerjaan suatu tugas, tiap kelompok dikumpulkan dan dimintai pendapatnya masing-masing sehingga setiap individu tanpa terkecuali memiliki pengalaman pribadi yang nyata dalam kelompok terhadap setiap tugas yang diberikan.

    Winkel, W. S & Sri, Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

    ReplyDelete
  5. Friska, jika kamu memiliki kesempatan saya beri waktu hingga pukul 12.00 hari ini 16 Januari 2012 untuk menyelesaikan soal no 3 berikut:

    3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).

    ReplyDelete
  6. I. Analisis aktivitas kelompok
    Pertama-tama saya akan menganalisis terlebih dahulu aktivitas dalam kelompok inii.
    Dalam menganalisis aktivitas suatu kelompok dibedakan antara 2 dimensi yaitu:
    1. Dimensi isi (content) yaitu berfokus pada perhatian kelompok berkaitan dengan apa tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok tersebut, apa yang akan dikerjakan, dan apa yang akan didiskusikan.
    2. Dimensi proses ( process), yaitu dimensi yang berfokus pada bagaimana suatu kelompok bekerja, bagaimana kelompok mengatur jalannya diskusi, bagaimana kelompok menganilisis masalah dan mencari pemecahan bersama.

    Jika saya seorang konselor di perguruan tinggi, saya akan terlebih dahulu menganalisis kelompok yang akan saya bimbing, baik dari dimensi isi maupun dimensi prosesnya.
    Setelah saya mengetahui dimensi isi dan proses dari suatu kelompok tersebut, barulah kemudian saya menentukan apa yang perlu dibimbing dari kelompok tersebut.
    Kemudian, saya akan menentukan jenis pendekatan konseling kelompok yang dapat saya berikan sesuai dengan kebutuhan kelompok berdasarkan hasil analisis.


    Daftar Pustaka
    Winkel, W.S, & Sri, Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
    Powered by Telkomsel BlackBerry®

    ReplyDelete
  7. II. Pendekatan Konseling Kelompok
    Ada 5 pendekatan konseling menurut Winkel, yaitu:

    1. Client-centered counseling
    -Dipelopori oleh Carl Rogers
    - Didasarkan atas keyakinan bahwa manusia memiliki hak atas diri sendiri dan mandiri. sehingga di dalam proses konseling, konselor berusaha untuk membantu konseli agar tersadar dengan masalah mereka dan mampu memecahkan masalah mereka dengan kemampuan mereka sendiri.
    - Fokus utama : perubahan dalam perilaku dengan mengubah cara orang berperasaan tentang diri sendiri.

    2. Trait-factor counseling
    - Dipelopori: E.G. Williamson.
    - Dikenal dengan istilah konseling directive atau counselor-centered counseling.
    - Fokus: membimbing konseli agar masalah konseli dapat teratasi.
    - Didasarkan atas keyakinan bahwa setiap individu memiliki trait tertentu dan setiap pekerjaan memiliki kualifikasi kepribadian (trait) tertentu.
    - terkadang menggunakan tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosa seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti suatu program studi.
    - banyak digunakan dalam membantu siswa menentukan jurusan atau studi tertentu.

    3.Konseling behavioristik
    - dipelopori: John D. Krumboltz (1964)
    - Tujuan: mengubah perilaku bermasalah dengan belajar perilaku yang tepat.

    4. Rational-emotive therapy
    -menekankan pada kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berprilaku (acting), yang juga menyatakan bahwa perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berprilaku.
    - Fokus: bagaimana mengubah pikiran irasional menjadi rasional dikarenakan masalah konseli timbul akibat keyakinan-keyakinan yang irasional, yang akhirnya menimbulkan reaksi perasaan yang tidak wajar dan tingkah laku yang tidak sesuai.
    - memusatkan perhatian pada masa sekarang dan tidak begitu mempedulikan apa yang terjadi di masa yang lampau.

    5. Konseling eklektik
    - menerapkan beberapa pendekatan konseling.
    - Menurut Thorne, konseling eklektik sesuai untuk diterapkan kepada orang-orang normal, yaitu tidak menunjukkan suatu gejala kelainan dalam kepribadiannya atau gangguan kesehatan mental yang berat.

    Pendekatan konseling yang dapat diterapkan untuk kelompok yaitu: rational emotive therapy, konseling behavioristik, dan interview for adjustment (wawancara untuk penyesuaian).

    Jika saya merupakan seorang konselor untuk kelompok saya, saya akan menggunakan pendekatan Rationak-Emotive Therapy, dimana saya berfokus pada kognitif kelompok, sehingga kelompok memiliki pemikiran-pemikiran yang positif dan rasional terlebih dahulu terhadap tujuan dan manfaat kelompoknya, yang kemudian dapat menjalankan tugas-tugas kelompok sesuai dengan yang diharapkan, tidak hanya menganggap kelompok sebagai tempat untuk mengerjakan tugas-tugas secara monoton dan suatu keharusan saja, tetapi juga menganggap kelompok sebagai tempat untuk berinovasi dan secara aktif terlibat untuk mewujudkan tujuan dari kelompok.


    Daftar Pustaka
    Winkel, W.S, & Sri, Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
    Powered by Telkomsel BlackBerry®

    ReplyDelete