Saturday, November 5, 2011

Tenaga Bimbingan di Sekolah 
Tenaga bimbingan sekolah adalah orang-orang yang  yang terlibat dalam pelayanan bimbingan di sekolah yang meliputi konselor sekolah, guru-konselor, guru wali kelas,dosen-wali, kepala sekolah, psikolog sekolah, psikolog, dan psikiater. 
Arahan dan bimbingan adalah dua konsep yang berbeda dimana arahan merupakan petunjuk untuk melakukan sesuatu sedangkan bimbingan mencakup arahan, bantuan dan adanya proses pendampingan terhadap orang yang diberi bimbingan, bagaimana dan apakah dia telah mencapai tujuan yang diarahkan. Arahan sudah tentu bimbingan, namun bimbingan belum tentu merupakan arahan. Dengan kata lain, arahan adalah bagian dari bimbingan.

Tiga Kelompok Personil Bimbingan
   1. Tenaga Bimbingan utama
 Tenaga bimbingan utama yaitu konselor sekolah, tenaga para professional atau tenal dan guru.
   2. Tenaga administrasi bimbingan
Terdiri dari petugas struktural dan memikul tanggung jawab sebagai perencana, koordinator, pengawas dan evaluator, meliputi Koordinator Bimbingan, Kepala sekolah, dan Pejabat Kantor Wilayah atau Pejabat Yayasan.
   3. Tenaga yang menunjang
Terdiri dari ahli psikometrik, psikolog sekolah, pekerja sosial, ahli pengajaran remedial, dokter sekolah dan psikiater.

Klasifikasi Personil Bimbingan
  1. Konselor sekolah, yaitu tenaga professional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (full-time guidance counselor).
  2. Guru pembimbing atau guru-konselor, yaitu seorang guru yang di samping mengajar di salah satu bidang studi, terlibat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan, termasuk layanan konseling
  3. Guru,  yaitu tenaga pengajar yang melibatkan diri dalam pelayanan bimbingan
Pendidikan Konselor Sekolah
A.      Pendidikan Akademik
Dalam naskah Kurikulum Inti Pendidikan Tenaga Pendidik, profil kemampuan dasar konselor sekolah yaitu :
  1.      Menguasai bahan bimbingan
  2.      Mengelola pelayanan bimbingan
  3.      Menyelenggarakan administrasi bimbingan di sekolah
  4.      Mengelola layanan konseling
  5.      Melaksanakan tugas bimbingan yang berkaitan dengan pengajaran
  6.      Menguasai landasan pendidikan dan bimbingan
  7.      Memahami proses pengajaran
  8.      Memahami asas penelitian dan menafsirkan penelitian pendidikan / bimbingan guna keperluan bimbingan dan konseling.

B.     Perkembangan kepribadian
Menurut Belkin ada tiga kualitas kepribadian konselor yakni:
  1.      mengenal diri sendiri (knowing oneself)
  2.      memahami orang lain (understanding others)
  3.      kemampuan berkomunikasi dengan orang lain (relating to others)

Tantangan-tantangan yang Dihadapi Konselor Sekolah
Berikut perbandingan antara keadaan di Amerika dan di Indonesia.
a. Keadaan di Amerika
  1.      Adanya pendapat dari sejumlah kepala sekolah yang menyatakan bahwa konselor di sekolah seharusnya dilibatkan dalam administrasi pengajaran, kontrol terhadap presensi siswa, penyusunan jadwal pelajaran, dll.  
  2.      Adanya pendapat dari para guru yang menyatakan bahwa konselor harus selalu mendukung pandangan mereka serta membela keputusan mereka, dan tidak menempati posisi yang memungkinkan untuk berkontak dengan para siswa secara leluasa.
  3.       Pada penelitian menyatakan bahwa konselor dipandang sebagai orang yang sesuai untuk diajak membicarakan masalah akademik dan masalah jabatan, tetapi kurang sesuai untuk diajak berbicara tentang masalah lain.
  4.      Adanya harapan dari orangtua siswa supaya konselor sekolah membantu mereka dalam meyakinkan dan mendesak siswa untuk memilih program studi tertentu, sesuai keinginan orangtua.
  5.      Adanya kalangan para dosen yang membekali calon-calon konselor dengan tumpukan pandangan tentang peranan mereka di sekolah, serta mengungkapkan harapan-harapan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak dilakukan.

      b.  Keadaan di Indonesia 
  1.      Diri konselor sendiri.
           Hal ini bisa bersumber dari usia yang muda dianggap belum berpengalaman serta kepribadian yang belum terbentuk sepenuhnya. 
  2.      Pimpinan sekolah
         Pada umumnya jajaran kepala sekolah menunjukkan sikap positif terhadap bimbingan dan konseling, tetapi belum tentu mereka sungguh-sungguh mengerti hakikat dari pelayanan bimbingan. 
  3.      Orangtua
         Menjadi tantangan bagi konselor jika orang tua yang bertaraf pendidikan cukup tinggi dan orang tua yang mempunyai harapan-harapan yang tidak realistis atau sikap negatif.
  4.      Suasana di sekolah dan keadaan dunia pendidikan
           Suasana di sekolah yang kurang berdisiplin, pengaturan nilai menurut situasi dan kondisi, kebiasaan siswa untuk menyontek dan mencari aneka lubang untuk menutupi kesalahannya, serta problematik yang sering melanda dunia pendidikan seperti perubahan kurikulum yang terlalu sering mengakibatkan konselor sering terpaksa memberikan jawaban yang kurang pasti ketika siswa bertanya tentang hal-hal baru. 
  5.       Berwawasan luas, berpikir kreatif dan bertindak tepat.
            Pertemuan secara tidak langsung juga dpat dimanfaatkan oleh konselor dengan mengadakan kegiatan-kegiatan kreatif seperti mengelolah majalah dinding sekolah dan menyediakan sumber literature yang relevan. Selain itu bisa dengan terjun langsung ke dalam organisasi kesiswaan yang dapat menjadi peluang bagi konselor untuk bertemu dengan siswa 
  6.      Berpendirian teguh tentang jabatannya sebagai profesi.


Daftar Pustaka
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

No comments:

Post a Comment